Suara Warga

Di Balik Ucapan Terima Kasih SBY untuk Insan Pers

Artikel terkait : Di Balik Ucapan Terima Kasih SBY untuk Insan Pers



Selama 10 tahun ini, pemerintahan SBY cenderung mendapatkan serangan negatif dari sebagian pers. Serangan dari pers makin keras menjelang Pemilu 2009 dan Pemilu 2014. Jangan heran karena sebagai besar pers berafiliasi politik ke kekuatan tertentu. Celakanya, pemerintahan SBY tidak punya media massa yang cukup besar untuk mengimbangi serangan pers. Alhasil, dalam 2-3 tahun terakhir, pemerintahan SBY boleh disebut menjadi bulan-bulanan pers, terutama media televisi. Serangannya dahsyat. Yang buruk menjadi tambah buruk, yang biasa tetap menjadi buruk, yang baik dikurangi kadar kebaikannya. Sudut pandang sebagian pers kita amat kental dikangkangi oleh kekuatan politik tertentu.



Namun, boleh menjadi catatan khusus bahwa selama itu pula, presiden Susilo Yudhoyono, tidak pernah melakukan tindakan yang berlawanan hukum terkait pers. Tidak pernah sekalipun SBY mendiskreditkan pers, apalagi membawanya ke jalur hukum. SBY sangat konsisten dengan komitmennya untuk menghormati pers, sebagai salah satu pilar demokrasi. Bukan rahasia jika SBY memang sangat demokratis, meski berlatar belakang militer. SBY akan melakukan apapun demi tegaknya demokrasi di Indonesia, termasuk tegaknya kebebasan pers. Dalam banyak kesempatan, SBY justru mengucapkan terima kasih kepada pers karena telah ikut bersama-sama menjalankan demokrasi dengan baik, sehingga Indonesia menjadi salah satu negara demokrasi terbesar di dunia. Berkat sikapnya itu pula, para insan pers yang tergabung dalam PWI memberikan gelar “Sahabat Pers” kepada SBY.



Akhir pekan lalu, para insan pers kembali memberikan sebuah penghormatan atas jasa-jasa SBY dalam menegakkan kebebasan pers di Indonesia. Penghormatan dan penghargaan itu berupa pembuatan buku tentang SBY dan Kebebasan Pers yang kemudian diluncurkan oleh Presiden SBY. Dalam kesempatan peluncuran buku itu, SBY kembali menceritakan bagaimana beratnya menjalankan pemerintahan. Namun, Ia sangat bersyukur dan berterima kasih kepada pers, yang selalu memberikan kritik keras, bahkan sangat keras kepadanya. Menurut SBY, kritikan sekeras apapun itu telah membantu menyelamatkan dirinya dari kemungkinan adanya penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power).



“Saya ingin terlebih dahulu sampaikan ucapan terima kasih pada insan pers di negeri tercinta ini atas segala kritik yang diberikan pada saya. Tanpa kritik yang saya terima selama 10 tahun ini belum tentu saya bertahan hingga akhir masa bakti saya.”

Demikian ucapan presiden SBY, saat peluncuran buku SBY dan Kebebasan Pers, yang ditulis oleh seorang wartawan senior.



“Seorang pemimpin harus bersedia dikritik dan tidak boleh tertutup terhadap kritik pers. Pemimpin harus mau terbuka jika ada pihak yang tidak suka terhadap kebijakan yang dikeluarkan. Jika tidak, itu sama saja menyimpan bom waktu.”

Demikain lanjutan sambutan SBY yang disambut dengan tepuk tangan hadirin.



Tapi SBY juga mengakui bahwa kritikan keras dan pedas pers, kadang terasa sangat berat dan menyakitkan, terutama ketika ada pemberitaan yang sangat berlebihan dan tidak berdasar. Kondisi semacam itu paling sering dikeluhkan oleh ibu negara.



“Kalau kritik gencar, saya sering untuk menenangkan hati. Saya bicara dengan PM Australia yang dikenal persnya kritis, ternyata nasib mereka kurang lebih sama tidak pernah luput dari kritikan media. Saya bilang ke Ibu Ani, kita punya teman banyak di dunia ini.”



Dalam kesempatan itu, Ketua Dewan Pers Bagir Manan mengatakan bahwa sejak reformasi sampai sekarang, Pers Indonesia menikmati masa-masa kebebasan. Bagir mengapresiasi sikap dan tindakan SBY sebagai presiden dan refresentasi negara, yang tidak pernah mencampuri atau intervensi pers. Ketika diserang pers, SBY hanya menyampaikan perasaan dan pendapatnya saja, tanpa tindakan lainnya. Sebuah hal yang sangat mahal harganya.



“Bapak bukan sekedar presiden dalam 10 tahun terakhir tapi pemimpin bangsa. Hubungan dengan pers saya harapkan dilanjutkan dengan baik. Salah satu cara nanti bersedia mengisi kolom-kolom pers secara teratur dengan isu tertentu sebagai intelektual,” Kata Ketua Dewan Pers yang disambut dengan senyum oleh Presiden SBY dan bu Ani.



Setuju pak Bagir. Pak SBY layak jadi sahabat pers dan tetap berkontribusi untuk pers Indonesia. Karena sudah sangat sering dikuyo-kuyo, dilecehkan, difitnah, diberitakan negatif, tapi SBY tetap mengucapkan terima kasih kepada insan pers.






Sumber : http://ift.tt/1rYwIjU

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz