Cak Imin versus Kokowi
Pertarungan politik dalam waktu hitungan bulan ke depan tak melulu antara pemerintahan Joko Widodo - Jusuf Kalla (Jokowi - JK), melainkan internal di pemerintahan Jokowi-Jk itu sendiri. Pertarungan internasl yang saya maksud tentunya adalah soal keinginan Jokowi agar setiap menteri yang nanti dipilih, terutama yang berasal dari partai politik, mau melepaskan jabatan di partai politiknya agar bisa konsentrasi mengurusi masyarakat.
Nah, sejak awal, Muhaimin Iskandar (Cak Imin) tak pernah menunjukkan gelagat akan mematuhi keinginan Jokowi tersebut. Cak Imin tak ingin perjuangannya merebut PKB dari tangan Gus Dus akhirnya harus dilepas begitu saja demi jabatan menteri. Cak Imin ingin memastikan agar posisi menteri dia dapat, plus kontrol atas PKB bisa dia lakukan. Bukankah posisi PKB selama ini begitu aman berkat kerja kerasnya? Jadi, terasa wajar kalau dia juga ingin mengontrol PKB. Mungkin begitu yang ada di benak Cak Imin.
Nah, Cak Imin sepertinya tidak akan sendirian. Ada Puan Maharani dan Jusuf Kalla yang sejatinya tak memersoalkan rangkap jabatan ini. Kalau JK mungkin ingin berkata kalau jabatan yang rangkap tak menunrunkan kinerja. Plus, JK ingin agar ini sebagai alat tawar nan nyaman kepada partai politik yang mengusungnya. Kalau saat kampanye dia tak bersuara seperti itu, mungkin saja agar tidak ada riak-riak dalam koalisinya. Tetapi JK sendiri berterus-terang kalau dia tak akan memimpin Golkar. Tapi dasarnya bukan karena menolak rangkap jabatan, melainkan karena posisi di partai politik tak membuatnya menang dalam pemilu (ingat wawancaranya dengan Najwa Shihab dalam Mata Najwa Metro TV selepas kemenangan Jokowi - JK).
Mungkin begitu juga Puan Maharani. Sebab, beliau melihat bahwa Ibundanya tercinta, Ibu Megawati Soekarno Putri ternyata bisa memimpin negeri ini sembari membesarkan dan merawat partai politik yang ia pimpin: PDI Perjuangan.
Pertanyaannya, apakah bisa semua orang memiliki kemampuan seperti JK dan Megawati Soekarno Putri yang memimpin partai politik sekaligus mengurus negara? Nah, ini yang direnungkan oleh Jokowi. Dia ingin yang ditunjuk jadi menteri konsentrasi memikirkan rakyatnya. Namun, Jokowi menghadapi realitas kerasnya dunia politik. Dan salahsatu bukti kerasnya dunia politik itu mungkin ada dalam diri Cak Imin. So, mampukah Jokowi men-TKO kan Cak Imin. Saksikan saja sendiri.
Sumber : http://ift.tt/1BLA6lu
Nah, sejak awal, Muhaimin Iskandar (Cak Imin) tak pernah menunjukkan gelagat akan mematuhi keinginan Jokowi tersebut. Cak Imin tak ingin perjuangannya merebut PKB dari tangan Gus Dus akhirnya harus dilepas begitu saja demi jabatan menteri. Cak Imin ingin memastikan agar posisi menteri dia dapat, plus kontrol atas PKB bisa dia lakukan. Bukankah posisi PKB selama ini begitu aman berkat kerja kerasnya? Jadi, terasa wajar kalau dia juga ingin mengontrol PKB. Mungkin begitu yang ada di benak Cak Imin.
Nah, Cak Imin sepertinya tidak akan sendirian. Ada Puan Maharani dan Jusuf Kalla yang sejatinya tak memersoalkan rangkap jabatan ini. Kalau JK mungkin ingin berkata kalau jabatan yang rangkap tak menunrunkan kinerja. Plus, JK ingin agar ini sebagai alat tawar nan nyaman kepada partai politik yang mengusungnya. Kalau saat kampanye dia tak bersuara seperti itu, mungkin saja agar tidak ada riak-riak dalam koalisinya. Tetapi JK sendiri berterus-terang kalau dia tak akan memimpin Golkar. Tapi dasarnya bukan karena menolak rangkap jabatan, melainkan karena posisi di partai politik tak membuatnya menang dalam pemilu (ingat wawancaranya dengan Najwa Shihab dalam Mata Najwa Metro TV selepas kemenangan Jokowi - JK).
Mungkin begitu juga Puan Maharani. Sebab, beliau melihat bahwa Ibundanya tercinta, Ibu Megawati Soekarno Putri ternyata bisa memimpin negeri ini sembari membesarkan dan merawat partai politik yang ia pimpin: PDI Perjuangan.
Pertanyaannya, apakah bisa semua orang memiliki kemampuan seperti JK dan Megawati Soekarno Putri yang memimpin partai politik sekaligus mengurus negara? Nah, ini yang direnungkan oleh Jokowi. Dia ingin yang ditunjuk jadi menteri konsentrasi memikirkan rakyatnya. Namun, Jokowi menghadapi realitas kerasnya dunia politik. Dan salahsatu bukti kerasnya dunia politik itu mungkin ada dalam diri Cak Imin. So, mampukah Jokowi men-TKO kan Cak Imin. Saksikan saja sendiri.
Sumber : http://ift.tt/1BLA6lu