Suara Warga

ANTARA RUMAH DUKA (GERINDRA) DAN RUMAH BAHAGIA PDIP

Artikel terkait : ANTARA RUMAH DUKA (GERINDRA) DAN RUMAH BAHAGIA PDIP

Tarik menarik kepentingan politik antara koalisi merah-putih (KMP) dan pemenang Pilpres PDIP Cs seakan menjadi dua kekuatan partai oposisi dan partai berkuasa. Sejak awal koalisi permanen yang dipimpin Gerindra diprediksi tidak akan bertahan lama, hanya sebagai gertakan dan suatu yang tidak mungkin bila berpegang pada jargon “tidak ada kawan dan musuh abadi dalam politik, yang ada hanyalah kepentingan abadi” faktanya memang begitu.

Di Pemilu 2009 Pasangan Mega - Prabowo bergandeng mesra menatap satu cita-cita dan masa depan bangsa sebagai pasangan Capres-Cawapres dan di Pemilu 2014 menjadi lawan seteru dan dipastikan berbuntut panjang entah sampai kapan, seperti buntut panjangnya Mega -SBY yang tidak saling bertegur sapa lagi. Kondisi ketidak harmonisan elite bangsa ini akankah terjadi antara Mega dan Prabowo, biarlah waktu nanti akan menjawabnya.

Tarik menarik kekuatan itu entah disetting secara sengaja atau hanya kebetulan saja, dua kubu yang berseteru melaksanakan kegiatan kepartaian hampir bersamaan. PDIP melakukan Munas IV di Semarang pada hari Jum’at tanggal 19 September 2014 dengan salah satu agendanya mengukuhkan PDIP menjadi Partai penguasa mengawal kebijakan-kebijakan Presiden Jokowi-JK. Sedangkan Gerindra selang satu hari pada tanggal 20 September 2014 melaksanakan Kongres Luar Biasa (KLB) untuk memilih Ketua Umum Gerindra baru yang ditinggalkan Ketua Umumnya almarhum Prof. Suhardi.

Dua situasi dan kondisi yang berbeda, Rumah Besar Gerindra sedang berduka karena kalah dalam Pilpres, ditinggalkan Ketua Umumnya dan Koalisi Merah Putihnya terancam bubar dengan pertanda sikap sekutu koalisinya mulai tidak solid, terutama dengan terjadinya kisruh di PPP, dinamika politik di Golkar dan sikap petinggi PAN yang hadir di Mukernas IV PDIP. Duka dan kesedihan itu sangat terasa ketika KLB Gerindra dilaksanakan di Nusantara Polo Club, di Jalan Raya Kranggan Jagorawi, Gunung Putri, Cibinong, Jawa Barat, Sabtu (20/9/2014). Saat itu Prabowo menanyakan kenapa suasana Kongres tidak terlalu ramai, “kok sepi?” Ungkap Prabowo sebelum masuk VIP Room.

Beda dengan situasi Mukernas PDIP nampak wajah-wajah berbinar dan warna merah yang menyala-nyala. Wajah-wajah cerah para pemenang yang optimis menata Pemerintahan baru. Tentu didalamnya terselip pembicaraan Kabinet, Anggaran dan Program yang pastinya adalah urusan uang dan pesta kemenangan. Kedua situasi yang berbeda antara duka dan bahagia, sebuah konsekwensi demokrasi yang harus diterima secara ksatria, elegan dan legawa.

Dalam politik hanya kepentingan yang abadi, begitulah sekutu koalisi merah-putih perlahan membubarkan diri dan semoga bukan untuk kepentingan pribadi yang sesaat, melainkan untuk kepentingan rakyat dan kemajuan bangsa dan negara. semoga!!

Ch.A




Sumber : http://ift.tt/1tEdHUD

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz