Suara Warga

Jack Soetopo, Berani Berbuat, Berani Bertanggungjawab; Berani Komen Nyinyir, Kenapa Balasan Komen Aku Tak Berani Ente Balas?

Artikel terkait : Jack Soetopo, Berani Berbuat, Berani Bertanggungjawab; Berani Komen Nyinyir, Kenapa Balasan Komen Aku Tak Berani Ente Balas?



Jack Soetopo : Hahaha Mas mawalu.. kasihan anda.. Sudah Berakhir baru jadi Reporter wkwkw… Sudah selesai dgn Fintah2 sekarang kembali jadi reporter kelas Kompasiana.. SORE LOSER 2014-08-22 03:53:09

Mawalu : Pak Jack Soetopo, terserah Anda mau meloser-loserkan aku dan orang-orang disini. Sebagai warga negara yang menjunjung tinggi supremasi hukum, aku, Mawalu, salah seorang pendukung sejati Prabowo-Hatta, dengan ini mengucapkan selamat kepada Jokowi dan JK.

Buang prilaku nyinyir Anda dan mari jadikan Indonesia baru yang kuat secara ekonomi dan dihormati sebagai bangsa yang kuat dan tangguh dimata dunia.

Kecuali kalau Anda berpikiran lain bahwa Pilpres ini adalah kesempatan me-loser-loserkan orang lain dan mengkeok-keokkan jenderal keok karena merasa jumawa dan diatas angin lalu mengagul-agulkan kemenangan ini dengan menghina dan menertawakan pihak yang kalah.

Anyhow, terima kasih sundulan komennya. 2014-08-22 13:14:45

Mawalu : Jack Soetopo, aku tunggu balasan komen Anda. 2014-08-22 18:45:48

***

Sebenarnya aku tak mau meributkan lagi masalah hina menghina yang nyinyir macam begini ini, capek hati, capek pikiran. Pilpres telah usai, lembaran baru bangsa ini baru saja dimulai. Aku pun juga telah legowo menerima Jokowi-JK sebagai pemimpin baru bangsa ini setelah keputusan MK yang sudah final dan bersifat mengikat.

Supremasi hukum dan keputusan konstitusional membuatku legowo menerima Jokowi dan JK sebagai Presiden dan Wakil Presiden terpilih harapan rakyat untuk memimpin biduk bangsa yang besar selama lima tahun kedepan.

Namun yang membuat aku terusik, ini orang yang bernama Jack Soetopo di Kompasiana ini yang mengaku pensiunan tukang becak lah, dibawah kolong jembatan lah, punya banyak yayasan yang omzetnya melebihi APBD DKI lah, dan tetek bengek lainnya menyundul komen yang membuat aku sakit hati di tulisan aku yang netral dan bersifat reportase (Baca : Rusuh MK, Sudirman-Thamrin Mencekam) di kolom TA tadi siang. Balasan komen aku terhadap komen ninyirnya itu sampai tulisan ini dipublish tak jua dibalas oleh si Kompasianer hebat itu.

Entah apa yang orang ini mau, ataukah hanya sebagai pelampiasan kepuasan semu belaka bagi dirinya di Kompasiana ini dengan melontarkan komen nyinyir yang bikin aku sakit hati. Bagaimana aku tak sakit hati, karya ku dibilang reporter kelas Kompasiana. Dan pula, sejak kapan Mawalu jadi tukang fitnah di Kompasiana ini?

Jack Soetopo, Kompasianer yang memasang foto profil masa mudanya di Amrik sono dengan kaca mata hitam itu, tak pernah ku ganggu ini orang sebelumnya, tak pernah pula ku usik-usik tulisan-tulisannya, namun ini yang kedua kalinya si Jack Soetopo ini komen nyinyir kepadaku, salah satunya lagi bilang aku ini LOSER yang sudah kena racun taik kuda si Jenderal keok.

Aku tak pernah ganggu Anda, tapi kalau aku diganggu dan diusik-usik, maka aku tak perduli siapa ente. Orang lagi diam-diam, ente usik, memangnya siapa lu? Hebat amat?

Balasan komen aku saja tak berani dibalas, tapi sok nyinyirnya minta ampun, Jenderal keok lah, pusthun lah, dan lain tetek bengek lainnya. Inilah penyakitnya di Kompasiana ini, kalau dari awal sudah ada yang komen niyinyir, maka orang-orang pun akan mengikuti nyinyir. Namun si Jack Soetopo ini akhirnya malu sendiri karena ternyata banyak apresiasi positif melalui komentar-komentar yang bersifat membangun di tulisan aku itu. Makanya lain kali lihat-lihat dulu, dan think twice before you hit Post Button.

Jujur saja aku bilang, sebelumnya si Jack Soetopo ini adalah Kompasianer yang aku hormati selama ini. Aku suka baca tulisan-tulisannya sebelumnya dan banyak pula tulisan-tulisannya yang menginspirasai aku sehingga ku anggap sebagai guru aku di Kompasiana ini, namun karena aku telah di usik dan dihina-hina bahwa hasil karya aku dibilang reporter kelas Kompasiana, maka bukan saja hilang sudah simpatiku kepadanya dan beralih menjadi antipati, akan tetapi ini orang mulai saat ini menjadi salah satu musuh dalam selimut.

Jangan jadi pengecut, komentator hit and run. Katanya pensiunan orang pemerintahan yang dulu bertugas di Amerika, kini pensiun di Bali. Mana nyali Anda?

Aku biar bengal begini, masih menghargai orang tua. Apalagi si Jack Soetopo ini mungkin saja umurnya sama dengan kakek aku, tapi di Kompasiana ini tak ada batasan umur. Siapapun harus mempertanggungjawabkan apa yang ia tulis, dan apa yang ia komeni. Berani berbuat berani bertanggungjawab. Apa Anda rela kalau aku bilang Anda ini loser yang tak berani jawab komen aku?

Kalau mau diungkit-ungkit, dulu yang meminta pertemanan dengan aku itu Anda, tapi yang aku heran sudah dalam list pertemanan di Kompasiana, kenapa pula aku dimusuhi dan dihina-hina?

Sebagai seorang tua yang sudah pensiunan dan sudah kakek-kakek, bukannya memberi contoh yang baik kepada anak cucu penerus generasi bangsa dengan komen-komen yang bersifat membangun demi kemajuan bangsa dan negara tercinta ini, ini malah prilakunya tak ubahnya seperti akun tuyul si anhas anhus anhus, bully nikmat, dan para akun-akun tuyul lainnya yang statusnya tak jelas dan komen-komen yang tak mutu sama sekali.

Anda sebagai seorang pensiunan yang umurnya sudah tua dan senior di Kompasiana ini, berilah contoh yang baik kepada kami-kami yang masih muda batang ini sebagai generasi penerus, bukannya mengajari generasi muda penerus bangsa supaya sok nyinyir, meloser-loserkan orang, mecap jenderal keok, menghina orang sebagai reporter kelas Kompasiana, dan memphusthun-pusthunkan orang. Hebat kali Anda ini?

Kalau Anda bilang reporter kelas Kompasiana, Ini artinya Anda juga menghina Kompasiana dan menganggap komunitas ini kelas rendahan dengan ucapan penghinaan reporter kelas Kompasiana itu. Kalau Anda menganggap remeh Kompasiana, kenapa masih aktif di komunitas ini? Kenapa masih komen sana-sini di Kompasiana ini?

Sebagai seorang pendukung sejati Prabowo-Hatta, aku telah berjiwa besar menerima kemenangan Jokowi-JK dengan keputusan MK. Ini artinya bahwa memang jokowi-JK telah dipilih rkayat untuk memimpin negeri ini, tapi kenapa masih Anda meloser-loserkan orang, mempusthun-pusthunkan orang, dan hinaan jenderal keok segala? Hebat sekali Anda ini, merasa jagoan di Kompasiana atau bagaimana?

Pusthun adalah wanita, dan wanita adalah makhluk yang lemah yang harus dilindungi. Pusthun atau apapun istilahnya adalah ciptaan Tuhan yang harus dihormati. Mereka adalah ciptaan Tuhan YAng Maha Kuasa, bukan untuk Anda hina-hina. Apa Anda rela kalau anak cucu Anda yang perempuan dihina-hina orang seperti kelakuan Anda menghina Pusthun?

Sebagai orang yang sudah tua yang lebih dulu lahir dari aku dan makan lebih banyak asam garam kehidupan, mbok ya kalau sudah tua yang waras sedikit kenapa.

Jadi orang jangan sembrono.




Sumber : http://ift.tt/1vrMkMG

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz