Presiden SBY Musti Nggreget Sebagai Seorang Negarawan
Saya prihatin akan berita wikileaks yang dirilis melalui sindonews yang saya mendengar ditayangkan oleh salah-satu Televisi swasta. Saya pertanyakan status dan fungsi lembaga yang dipimpin oleh Presiden SBY dalam menanggapi berita tersebut. Boleh saja Presiden SBY secara langsung mengadakan konperensi Pers langsung menanggapi berita tersebut seperti yang kita ketahui dilakukan dikediaman beliau di Cikeas, TETAPI disamping itu, sudah seharusnya lembaga-lembaga negara yang terkait langsung dengan pemberitaan itu melakukan tindakan cepat dan tegas dalam menanggapi pemberitaan itu terlebih menyangkut nama baik Presiden SBY sebagai Pemimpin Negara kita tercinta Republik Indonesia. Karena hal ini sudah menyangkut pemberitaan dalam bentuk media tulisan atau sosial lainya terlebih Televisi swasta, maka adalah baik bagi lembaga seperti Menkopolhukam melakukan rapat darurat dengan memanggil lembaga-lembaga yi menkominfo, TNI, Polri dan lembaga lainnya yang terkait, untuk mengambil langkah dini sebelum merambah kepada media-media sosial maupun media televisi lainya.
Bukankah lembaga-lembaga pemerintahan ini masih berfungsi sampai dengan waktu pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Terpilih Joko Widodo dan Jusuf Kalla pada tgl 20 Oktober 2014 nanti. Could it be, bukan tidak mungkin pemberitaan yang memyudutkan Presiden SBY dan Ibu Megawati ini merupakan salah satu bentuk ke-sakit hatian seseorang secara pribadi atau kelompok/ beberapa kelompok elit politik yang merasa dikecewakan.
Bapak Presiden SBY yang menjadi symbol Pemimpin Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita semua sepakat mencintai dengan amat sangat, hendaklah Presiden SBY sebagaimana mestinya memanfaatkan lembaga-lembaga pemerintahan yang semuanya masih dalam wewenangnya, sehingga akan menghasilkan keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh bukan saja oleh Pesiden SBY sebagai Pemimpin Negara ini dan juga bagi seluruh lapisan masyarakat Bangsa Indonesia yang merindukan kenyamanan sehingga tidak merasa di-ombang-ambing oleh berita yang tidak menentu.
Keuntungan-keuntungan yang diantaranya akan kita peroleh adalah sbb : Pertama, Memberi kesan kepemimpinan Presiden SBY yang tegas dan “Mumpuni” dalam ketata-negaraan diakhir masa jabatan sebagai seorang Presiden. Kedua, Pihak-pihak yang dengan sengaja meniup pemberitaan yang tidak benar itu, tidak lagi merasa terakomodasi oleh media-media sosial maupun televisi guna menurunkan nama baik seorang Pemimpin Negara, baik Presiden SBY ataupun Presiden terpilih untuk periode 2014-2019. Ketiga, Dengan menindak tegas televisi swasta yang mengeluarkan berita yang tidak bisa dipertanggung-jawabkan kebenarannya itu dikemudian hari akan lebih berhati-hati untuk dimanfaatkan oleh kelompok tertentu untuk menurunkan citra Pemimpin Negara RI. Keempat, yang tidak kalah pentingnya adalah, Presiden SBY tidak membiarkan masyarakatnya dibodohi terus-menerus dengan suguhan-suguhan berita yang tidak bisa dipertanggung-jawabkan kebenarannya, sehingga kebimbangan masyarakat dapat diatasi. Dan masih banyak keuntungan lainnya yang akan diperoleh.
Teori konspirasi antara rasa kekecewaan, kesakit-hatian, ambisi akan cita-cita & kekuasaan, kesombongan (selfishness), ketakutan, yang tidak kepalang tanggung bercampur aduk dengan “tingkah-laku” & “ulah” akan melakukan berbagai macam cara untuk merongrong (kata kasarnya) atau oposisi (kata halus politik) terus menerus perjalanan Bangsa Indonesia untuk menuju suatu Bangsa yang besar, baik bagi rakyatnya maupun bagi negara-negara tetangga lainnya.
Marilah kita tetap tegar dan berbudi luhur sebagai “Anak Bangsa”, jangan mau dijadikan alat untuk digunakan oleh kelompok tertentu dalam mencapai tujuannya melalui cara-cara yang tidak bertanggung-jawab. Sehingga generasi penerus kita tidak tertinggal dari bangsa-bangsa lain disekitar kita.
Mari Presiden SBY, tunjukkan tongkat dan gadamu sebagai pemimpin negeri tercinta R.I.
Sumber : http://ift.tt/1xGEnTt
Bukankah lembaga-lembaga pemerintahan ini masih berfungsi sampai dengan waktu pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Terpilih Joko Widodo dan Jusuf Kalla pada tgl 20 Oktober 2014 nanti. Could it be, bukan tidak mungkin pemberitaan yang memyudutkan Presiden SBY dan Ibu Megawati ini merupakan salah satu bentuk ke-sakit hatian seseorang secara pribadi atau kelompok/ beberapa kelompok elit politik yang merasa dikecewakan.
Bapak Presiden SBY yang menjadi symbol Pemimpin Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita semua sepakat mencintai dengan amat sangat, hendaklah Presiden SBY sebagaimana mestinya memanfaatkan lembaga-lembaga pemerintahan yang semuanya masih dalam wewenangnya, sehingga akan menghasilkan keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh bukan saja oleh Pesiden SBY sebagai Pemimpin Negara ini dan juga bagi seluruh lapisan masyarakat Bangsa Indonesia yang merindukan kenyamanan sehingga tidak merasa di-ombang-ambing oleh berita yang tidak menentu.
Keuntungan-keuntungan yang diantaranya akan kita peroleh adalah sbb : Pertama, Memberi kesan kepemimpinan Presiden SBY yang tegas dan “Mumpuni” dalam ketata-negaraan diakhir masa jabatan sebagai seorang Presiden. Kedua, Pihak-pihak yang dengan sengaja meniup pemberitaan yang tidak benar itu, tidak lagi merasa terakomodasi oleh media-media sosial maupun televisi guna menurunkan nama baik seorang Pemimpin Negara, baik Presiden SBY ataupun Presiden terpilih untuk periode 2014-2019. Ketiga, Dengan menindak tegas televisi swasta yang mengeluarkan berita yang tidak bisa dipertanggung-jawabkan kebenarannya itu dikemudian hari akan lebih berhati-hati untuk dimanfaatkan oleh kelompok tertentu untuk menurunkan citra Pemimpin Negara RI. Keempat, yang tidak kalah pentingnya adalah, Presiden SBY tidak membiarkan masyarakatnya dibodohi terus-menerus dengan suguhan-suguhan berita yang tidak bisa dipertanggung-jawabkan kebenarannya, sehingga kebimbangan masyarakat dapat diatasi. Dan masih banyak keuntungan lainnya yang akan diperoleh.
Teori konspirasi antara rasa kekecewaan, kesakit-hatian, ambisi akan cita-cita & kekuasaan, kesombongan (selfishness), ketakutan, yang tidak kepalang tanggung bercampur aduk dengan “tingkah-laku” & “ulah” akan melakukan berbagai macam cara untuk merongrong (kata kasarnya) atau oposisi (kata halus politik) terus menerus perjalanan Bangsa Indonesia untuk menuju suatu Bangsa yang besar, baik bagi rakyatnya maupun bagi negara-negara tetangga lainnya.
Marilah kita tetap tegar dan berbudi luhur sebagai “Anak Bangsa”, jangan mau dijadikan alat untuk digunakan oleh kelompok tertentu dalam mencapai tujuannya melalui cara-cara yang tidak bertanggung-jawab. Sehingga generasi penerus kita tidak tertinggal dari bangsa-bangsa lain disekitar kita.
Mari Presiden SBY, tunjukkan tongkat dan gadamu sebagai pemimpin negeri tercinta R.I.
Sumber : http://ift.tt/1xGEnTt