Memulai Revolusi
Pergerakan politik dan demokrasi di tanah air semakin semarak setelah kita berhasil menggelar 2 pesta demokrasi akbar yang baru lalu dengan aman dan lancar. Hasilnya, kita semua sudah sama-sama menyaksikan, apapun pilihannya, pemenangnya tetap rakyat Indonesia. Persoalan pilihan pemimpin, itulah hasil dari sebuah proses demokrasi. Kekecewaan para kandidat yang gagal baik pileg maupun pilpres, bisa saja ditanggapi secara beragam, namun pada akhirnya kita harus menghormati proses demokrasi yang telah berlangsung dengan penuh kearifan dan biarkan waktu berjalan yang menilainya.
Di tempat saya tinggal, yang kerap disebut-sebut negeri syariah ini, proses yang sama juga pernah terjadi. 2012 lalu, rakyat Aceh telah berhasil memilih pemimpinnya yang disebut-sebut amanah, menaruh perhatian besar bagi kepentingan rakyat, bersahaja dan kapabel. Pasangan “ZIKIR” demikian disebutnya, dari singkatan Zaini Abdullah dan Muzakkir Manaf. Pasangan tua dan muda, satu berusia lanjut dan yang kedua muda penuh energi, yang satu cerdas bergelar Doktor dan yang satunya lulusan setingkat SMA dan yang satunya mantan menteri Luar negeri GAM dan satunya berasal dari kalangan “militer” Panglima GAM. Semua rakyat Aceh menganggap bahwa pasangan ini adalah pasangan terbaik yang pernah dimiliki oleh Aceh. Saya pun berpendapat demikian. Mereka berasal dari rakyat, pejuang dan saling melengkapi.
Waktu berjalan. Dua tahun tanpa terasa sudah terlewati. Pasangan dambaan rakyat ini praktis tidak berbuat apa-apa yang pantas dibanggakan. Sebaliknya, korupsi, nepotisme birokrasi, intimidasi dan terror masih terus terjadi di tanah para Wali. Kekuasaan menjadi senjata utama dalam menjalankan roda pemerintahan yang sayangnya tidak berjalan. Aceh terseok-seok dalam lumpur kemelaratan, kemiskinan dan kebodohan.
Disinilah mungkin rakyat mulai tersadar, bahwa proses demokrasi yang aman dan lancar tidak selalu membawa hasil yang baik bagi rakyat. Namanya pilihan, selalu saja ada kesalahan. Dengan munculnya kesadaran, maka mulailah sebuah revolusi. Revolusi yang diawali dari sebuah kesadaran bahwa rakyat telah salah dalam memilih. Revolusi yang dimulai dari kesalahan para pemimpin yang telah dipilihnya sendiri.
Mungkin memang demikian adanya sebuah proses pendewasaan demokrasi, rakyat akan dibuat sadar oleh kesalahan pilihannya sendiri. Akan tiba saatnya kita dipimpin oleh orang bodoh agar kita sadar ketika kita mulai beranjak pintar untuk melihat ada kesalahan dalam pilihan kita dan kita mengambil keputusan untuk berhenti terus menerus menjadi bodoh.
Rafli Hasan
Sumber : http://ift.tt/1pDPOH1