Suara Warga

Ketika Islam Berbicara Nasinoalisme

Artikel terkait : Ketika Islam Berbicara Nasinoalisme

14067794691435347133Pandu Wibowo

Mahasiswa Ilmu Politik UIN Jakarta

LDK Syahid UIN Jakarta.

Telah kita ketahui bersama bahwa kerpa kali orang orang bangga dengan kata “Nasionalisme”. Banyak sekali yang terpesona dengan seruan nasionalisme atau paham kebangsaan. Kita bisa lihat Negara Negara di Timur termasuk Indonesia sangat bangga akan nasionalisme karena sama sama merasakan penjajahan Barat. Dimana Barat melecehkan kehomartana suatu bangsa, mencoreng kemuliaannya, dan menahan suatu bangsa untuk berdiri di kaki sendiri dan merdeka atas namanya sendiri. Bahkan tidak tanggung tanggung Barat telah memeras harta dan darah orang orang yang ada didalam daerah jajahannya.

Para tokoh, pemimpin, penguasa, di suatu Negara pasti ingin mengusir penjajah yang telah merugikan negaranya. Mereka berjuang dengan gigih tanpa takut untuk membebeskan bangsanya dari penjajah. Merekapun berkoar, bekomentar, berorasi, dan memekikan gaung pembebasan atas nama nasionalisme atau kebangsaan. Apa yang dilakukan para pejuang kemerdekaan itu pada dasarnya baik. Namun, akan menjadi tidak baik ketika mengutarakan bahwa Islam itu tersendiri dan fikrah nasionalisme itu sendiri. Bahkan ada pemahaman yang mengatakan bahwa seruan kepada Islam justru akan memecah belah persatuan bangsa dan melemahkan ikatan bangsa. Bukan berarti aktivis muslim dan aktivis dakwah mengatakan nasionalisme itu salah. Namun yang perlu kita ketahui juga nilai nilai yang ada didalam nasionalisme sendiri juga memiliki persamaan didalam ajaran Islam, salah satu penjelasannya ada didalam buku Risalah Dakwah Hasan Al Banna antara lain:

1. Nasionalisme Kerinduan

Jika yang dimaksud dengan nasionalisme oleh para penyerunya adalah cinta tanah air, rindu kepadanya, dan ketertarikan pada hal disekitarnya, nasionalisme seperti ini sebenarnya sudah tertanam dalam fitrah manusia di satu sisi, dan di sisi lain diperintahankan oleh Islam. Sungguh Bilala yang telah mengorbankan segalanya demi akidah dan agama, adalah juga Bilal yang mengungkapkan kerinduan pada Makkah melalui bait bait syiar yang lembut dan indah. Sunggug, Rasulullah saw pun mendengar gamabaran tentang Makkah dari Ushail, tiba tiba saja air mata beliau bercucuran, karena rindu padanya.

2. Nasionalisme Kebebasan dan Kehormatan

Jika nasionalisme yang dimaksud adalah keharusan bekerja serius untuk membebaskan tanah air dari penjajah, mengupayakan kemerdekaannya, serta menanamkan makna kehormatan didalam masyarakat, maka para mujahidin yang berjuang membebaskan tanah airnya di Palestina, Suriah, Mesir, dan dunia Islam lainnya memiliki kesamaan dan mendukung nasionalisme sejenis ini.

3. Nasionalisme Kemasyarakatan

Jika nasionalisme yang dimaksud adalah untuk memperkuat ikatan antar anggota masyarakat di satu wilayah dan membimbing mereka menemukan cara pemanfaatan kokohnya ikatan untuk kepentingan bersama, maka Islam juga mengajarkannya. Islam menganggap itu sebagai kewajiban yang tidak dapat ditawar. “Wahai orang orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang orang yang di luar kalanganmu, karena mereka tidak henti hentinya menimbulkan kemudharatan bagimu … “ (Al Imran ayat 119).

4. Nasionalisme Pembebasan

Jika nasionalisme yang dimaksud adalah pembebasan Negara Negara dan kepemimpinan dunia, maka Islam telah mewajibkan hal tersebut dan mengarahkan para pembebas pada pemakmuran yang paling afdhal serta pembebasan yang paling berkah. “Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan sehingga agama itu hanya untuk Allah belaka…” (Al Baqarah ayat 193)

5. Nasionalisme Kelompok

Namun jika nasionalisme yang dimaksudkan adalah nasionalisme kelompok, dimana bisa memecah belah umat dan menyebakan permusuhan, ini merupakan kekeliruan dalam memahami nasionalisme. Ini adalah kesalahan dari paham nasionalisme itu sendiri. Nasionalisme seperti itu adalah nasionalisme palsu yang tidak membawa kebaikan, baik bagi peyerunya maupun bagi masyarakat luas.


Sekarang bisa kita lihat, bahwa nilai nilai nasionalisme juga ada didalam Islam. Para aktivis dakwah juga mendukung beberapa nilai nilai nasionalisme. Kita juga bisa melihat bahwa ternyata seruan nasionalisme yang membahana itu hanya sebagaian kecil dari ajaran Islam.

Batas Nasionalisme


Perbedaan pemahaman nasionalisme aktivis muslim/ dakwah dengan para penggiat nasionlisme adalah terletak pada akidah. Sementara penggiat nasionalisme menganggap batasnya adalah territorial Negara dan batas batas geografis. Bagi Islam, setiap jengkal tanah yang dihuni muslim yang mengucap ‘La Ilaaha Illallah’, adalah tanah air Islam yang berhak mendapatkan penghormatan, penghargaan , kecintaan, dan ketulusan, dan jihad demi kebaikannya. Semua muslim di semua wilayah geografis ini adalah keluarga dan saudara. Sementara para penyeru nasionalisme murni tidak seperti itu, mereka memandangnya secara sempit. Perhatikan mereka hanya memandang paham nasionalisme pada urusan wilayah terbatas dan sempit di bumi ini. Secara aplikatif perbedaan akan tampak jelas, ketika sebuah bagsa hendak memperkuat dirinya dnegan cara merugikan bangsa lain.

Perhatian para penggiat nasionalisme murni hanya memandang nasionalisme tertuju pada kemerdekaan negaranya saja. Apabila berhasil memperkokoh negaranya, fokus mereka hanya memperhatikan aspek aspek fisik semata, sebagaimana yang dilakukan Amerika dan Barat. Sebaliknya, kita sebagai muslim sejati harus memandang bahwa di leher setiap muslim tergantung amanah, dimana ia wajib mengorbankan jiwa, darah, dan harnya untuk menunaikannya. Amanah tersebut adalah membimbing manusia dengan cahaya Islam, dan mengibarkan bendera Islam di seluruh penjuru bumi. Semuanya dilakukan bukan untuk mencari harta atau menjajah, tetapi untuk mencai ridha Allah semata, membahagiakan alam dengan agamaNya, dan meninggikan kalimatNya. Inilah yang mendorong kaum Salaf Salih untuk melakukan pembebasan pembebasan suci yang telah mencenagangkan dunia dan mengungguli beberbagai pembebasan yang perna dikenal sejarah.

@pandu_wibowo





Sumber : http://ift.tt/WO9cKN

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz