GUNTUR, SANG CALON BUPATI ALTERNATIF
Di tengah hiruk-pikuk pengumuman KPU tentang capres terpilih, beberapa waktu lalu warga Asahan dikejutkan dengan “soft lounching” pencalonan Satryawan Guntur Zass sebagai Calon Bupati Asahan. Muda, Berani dan Peduli, sebagai antitesis dari kepemimpinan Bupati Taufan Gama! Begitulah citra yang coba dibangun pada tokoh muda Asahan yang akrab dipanggil Guntur ini. Pengalaman dan kiprahnya dalam melakukan advokasi, pendampingan dan pembelaan terhadap masyarakat marginal korban kekuasaan menjadi modal sosial andalan Guntur untuk menantang calon Incumbent pesaing terberatnya, Taufan Gama Simatupang.
Deklarasi pencalonan Guntur sebagai Bupati, apalagi dari jalur independen, menjadi kabar baik bagi masyarakat Asahan yang merindukan lahirnya figur-figur alternatif. Fenomena politik ini sekaligus menandai geliat demokrasi di Asahan, Kabupaten yang boleh jadi merupakan satu diantara kabupaten tertinggal di Sumatera Utara.
Selama ini kita hanya disuguhi informasi tentang bakal majunya kembali Bupati Taufan Gama Simatupang sebagai calon incumbent. Berbagai pemberitaan media, termasuk media sosial yang di kelola Tim Sukses, sudah mulai intens mengekspose aktivitas politik dan sosial sang calon incumbent. Ini menjadi modal sosial yang sangat berharga untuk mendukung pencalonannya kembali sebagai Bupati. Padahal bisa jadi berbagai proyek pencitraan tersebut dibiayai dengan anggaran publik yang bersumber dari APBD. Inilah “kelebihan” sebagai calon incumbent yang menjadi tantangan serius bagi calon lain yang bukan incumbent.
Apakah mobilisasi dan manuver politik ala incumbent yang didukung anggaran memadai tersebut akan mampu diimbangi oleh Guntur, calon alternatif dengan dana yang relatif minim? Banyak pihak meragukannya. Tetapi bukan tidak mungkin kenyataan politik akan berbicara lain.
Keputusan Guntur yang tanpa ragu mendeklarasikan sebagai salah satu calon yang akan bersaing dengan Taufan Gama, di tengah tokoh-tokoh potensial lainnya masih membaca situasi, adalah langkah berani yang diperkirakan mulai akan menggerus popularitas calon incumbent, Taufan Gama Simatupang.
Pendeklarasiannya sebagai Calon Bupati Asahan yang dilakukan lebih awal memberikan warna baru dan menyajikan pilihan yang lebih banyak bagi masyarakat Asahan. Agar masyarakat memiliki kesadaran baru, maka langkah ini sebaiknya diikuti oleh tokoh-tokoh alternatif lainnya. Imajinasi masyarakat Asahan harus dibuka lebih luas sehingga dalam kesadaran politik mereka tidak hanya ada satu calon, Taufan Gama.
Selain Guntur, Asahan juga memiliki tidak sedikit tokoh-tokoh muda yang dapat didorong sebagai calon alternatif. Sebutlah misalnya, Mukhlis Bella, Tri Purno Widodo, dan Siti Nurbaya yang sudah malang melintang dalam gerakan advokasi keadilan dan hak-hak rakyat. Ada juga Julianto Putra, Amos Simamora dan Rohardian yang sudah teruji memiliki dukungan riil dari rakyat Asahan saat pencalonan legislatif lalu. Mereka-mereka ini potensial menjadi alternatif calon pemimpin yang perlu didorong untuk maju dalam kontestasi pilkada tahun depan.
Masyarakat Asahan jangan hanya disuguhi nama-nama lama, termasuk Taufan Gama, yang bisa jadi sudah tidak lagi memiliki gagasan pembangunan yang baru dan segar untuk memajukan dan mensejahterakan masyarakat Asahan. Pada titik inilah kita patut mengapresiasi langkah Guntur mendeklarasikan pencalonannya lebih awal. Saat yang sama, kita menunggu dan perlu mendorong langkah yang sama dilakukan juga oleh tokoh muda calon pemimpin alternatif lainnya. Setidaknya itu diperlukan sebagai bentuk pencerahan politik bagi masyarakat Asahan.***
Kaki Merapi
Kamis, 31 Juli 2014
Bem Simpaka
Sumber : http://ift.tt/1psQnGB
Deklarasi pencalonan Guntur sebagai Bupati, apalagi dari jalur independen, menjadi kabar baik bagi masyarakat Asahan yang merindukan lahirnya figur-figur alternatif. Fenomena politik ini sekaligus menandai geliat demokrasi di Asahan, Kabupaten yang boleh jadi merupakan satu diantara kabupaten tertinggal di Sumatera Utara.
Selama ini kita hanya disuguhi informasi tentang bakal majunya kembali Bupati Taufan Gama Simatupang sebagai calon incumbent. Berbagai pemberitaan media, termasuk media sosial yang di kelola Tim Sukses, sudah mulai intens mengekspose aktivitas politik dan sosial sang calon incumbent. Ini menjadi modal sosial yang sangat berharga untuk mendukung pencalonannya kembali sebagai Bupati. Padahal bisa jadi berbagai proyek pencitraan tersebut dibiayai dengan anggaran publik yang bersumber dari APBD. Inilah “kelebihan” sebagai calon incumbent yang menjadi tantangan serius bagi calon lain yang bukan incumbent.
Apakah mobilisasi dan manuver politik ala incumbent yang didukung anggaran memadai tersebut akan mampu diimbangi oleh Guntur, calon alternatif dengan dana yang relatif minim? Banyak pihak meragukannya. Tetapi bukan tidak mungkin kenyataan politik akan berbicara lain.
Keputusan Guntur yang tanpa ragu mendeklarasikan sebagai salah satu calon yang akan bersaing dengan Taufan Gama, di tengah tokoh-tokoh potensial lainnya masih membaca situasi, adalah langkah berani yang diperkirakan mulai akan menggerus popularitas calon incumbent, Taufan Gama Simatupang.
Pendeklarasiannya sebagai Calon Bupati Asahan yang dilakukan lebih awal memberikan warna baru dan menyajikan pilihan yang lebih banyak bagi masyarakat Asahan. Agar masyarakat memiliki kesadaran baru, maka langkah ini sebaiknya diikuti oleh tokoh-tokoh alternatif lainnya. Imajinasi masyarakat Asahan harus dibuka lebih luas sehingga dalam kesadaran politik mereka tidak hanya ada satu calon, Taufan Gama.
Selain Guntur, Asahan juga memiliki tidak sedikit tokoh-tokoh muda yang dapat didorong sebagai calon alternatif. Sebutlah misalnya, Mukhlis Bella, Tri Purno Widodo, dan Siti Nurbaya yang sudah malang melintang dalam gerakan advokasi keadilan dan hak-hak rakyat. Ada juga Julianto Putra, Amos Simamora dan Rohardian yang sudah teruji memiliki dukungan riil dari rakyat Asahan saat pencalonan legislatif lalu. Mereka-mereka ini potensial menjadi alternatif calon pemimpin yang perlu didorong untuk maju dalam kontestasi pilkada tahun depan.
Masyarakat Asahan jangan hanya disuguhi nama-nama lama, termasuk Taufan Gama, yang bisa jadi sudah tidak lagi memiliki gagasan pembangunan yang baru dan segar untuk memajukan dan mensejahterakan masyarakat Asahan. Pada titik inilah kita patut mengapresiasi langkah Guntur mendeklarasikan pencalonannya lebih awal. Saat yang sama, kita menunggu dan perlu mendorong langkah yang sama dilakukan juga oleh tokoh muda calon pemimpin alternatif lainnya. Setidaknya itu diperlukan sebagai bentuk pencerahan politik bagi masyarakat Asahan.***
Kaki Merapi
Kamis, 31 Juli 2014
Bem Simpaka
Sumber : http://ift.tt/1psQnGB