Poros Maritim Dunia, Jokowidodo tidak “Vivere Pericoloso”
Dalam menjalankan politik luar negeri, Indonesia masih memegang teguh seperti yang diamanatkan oleh konstitusi UUD ’45, yakni politik luar negeri yang bebas aktif, bebas berarti tidak berpihak kepada blok manapun juga. Semasa perang dingin dikenal dengan blok barat yang dikomandoi Amerika Serikat dan blok timur yang tergabung dalam kerja sama politik dan militer dibawah asuhan USSR (Uni Sovyet). Perkembangan setelah pudarnya USSR, kiblat pesaing Amerika berubah arah yakni Republik Rakyat Cina, paradigama persaingan yang semula ideologi, kini bergeser lebih luas meliputi semua sektor kehidupan mulai dari politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, teknologi, sampai dengan militer. Dari berbagai aspek sebarannya menjadikan Indonesia semakin dipandang, bukan saja penting tetapi menjadi sangat penting untuk dijadikan mitra kerjasama. Perkara ini semakin jelas setelah Indonesia mampu menempatkan sebagai negara dengan kekuatan ekonomi no 10 terbesar di dunia.
Dengan kebijakan pemerintahan Jokowidodo mengambil posisi sebagai negara poros maritime dunia, tidak berarti Indonesia sedang membangun kekuatan militer sebagai pesaing terhadap negara-negara blok barat dengan Amerikanya serta blok Timur-Jauh dibawah sosialis komunis Republic Rakyat Cina. Indonesia pada posisi yang demikian tetap netral. Artinya dalam segi-segi yang prisip sebagai negara yang berdaulat dan bertetangga Indonesia tetap memegang teguh prinsip bebas aktif. Tidak akan condong kepada Cina maupun Amerika.
Dalam praktek poros kemaritiman dunia penekanannya lebih kepada hubungan ekonomi, perdagangan melalui lalu lintas pelayaran. Isu ini akan menjadi daya tawar tinggi dipandang baik oleh Amerika dan Cina serta negara-negara Asia pasifik dan sekitarnya. Memang orang bisa saja memandang isu tersebut bakalan mudah dibelokan menjadi isu kerja sama militer, tetapi itu terlalu jauh, kecuali kedaulatan Indonesia diganggu, pasti akan dibalas dengan tindakan yang setimpal.
Sebagai negara yang berada pada jalur persimpangan strategis Atlantik – Pasifik, yang akan banyak memberi manfaat secara ekonomi melalui lalu lintas pelayaran maritime. Dengan posisi ini daya tawar Indonesia melalui hubungan diplomasi baik dengan negara-negara raksasa ekonomi dunia semisal Cina, Amerika maupun Jepang serta negara-negara Eropa dan Asia-Australia, khususnya ASEAN sebagai negara tetangga, yang mejadi semakin tinggi karena lalu-lintas pelayaran dunia melalui perairan Indonesia mencapai hingga 70 % yang menghubungkan Asia-Australia, ASEAN-Australia, Asia Selatan-Australia, Amerika-Asia, Amerika-Eropa, Eropa-Australia.
Poros Maritim Dunia dalam lingkup ASEAN
Politik luar negeri tidak lagi mengadopsi 1000 teman nol musuh, akan tetapi Indonesia berprinsip bekerja sama dengan semua negara didunia tanpa kecuali, yang berniat baik dengan Indonesia akan disambut dengan baik pula, dan sebaliknya Indonesia tidak segan-segan bertindak dengan balasan yang setimpal kepada negara yang menginjak kedaulatan negara. Dibawah pemerintahan Jokowidodo-Juyuf Kalla, Indonesia tidak lagi dipandang sebelah mata, ketegasan seorang pemimpin nasional, tidak ditunjukan oleh penampilan fisik seorang presidennnya, akan tetapi keberanian mengambil keputusan serta konsisten dalam memegang prinsip kedaulatan. Di ASEAN Indonesia adalah negara terbesar luas wilayahnya, jumlah penduduknya, sumber-sumber alamnya, dan terkaya beraneka ragam kebudayaannya dan berpuluh ribu pulau melingkupinya. Seorang Walter Lohman Director Asian Studies Center mengatakan bahwa tanpa Indonesia, ASEAN akan kehilangan relevansinya. Dalam konteks ini, penting bagi kita untuk melakukan refleksi terhadap peran Indonesia di dalam ASEAN dan peran ASEAN di dalam politik luar negeri Indonesia. Daya tawar Indonesia terhadap negara tetangga, yang tergabung dalam komunitas ASEAN cukup tinggi.
Ada dalam dinamika tawar menawar yang dalam praktek tingkat keefektifan bergantung seberapa kuat modal yang dimiliki oleh sebuah negara. Memperhitungkan kemampuan, nilai sumberdaya alam, citra politik didunia internasional, tetapi juga kemampuan komunikasi, para pengemban amanah. Dengan modal yang dimiliki bangsa ini serba mencukupi, maka teknik tawar menawar dengan mengedepankan A). kekuatan argumentasi yang mempunyai daya paksa dan daya pikat, walaupun Indonesia tidak cukup mampu menggunakan daya paksa tetapi ditonjolkan daya pikat, tentang Indonesia, terserah apanya yang akan dijadikan rujukan utama sebagai daya pikat. B). kekuatan janji , Janji yang tidak merugikan diri, janji bisa dibuat terbuka dapat juga tertutup, malah bisa dilakukan tanpa hitam diatas putih. Contohnya janji ekonomi bidang bantuan, perdagangan, dan investasi sering digunakan, terutama dalam tawar menawar antara negara maju dengan negara berkembang. C). Ancaman sangat mirip dengan janji dalam proses tawar menawar Internasional. Ancaman yang bernuansa kekerasan biasanya tidak laku/kurang efektif, yang paling sering dipergunakan adalah ancaman melalui teknik komunikasi, disini dibutuhkan kemampuan, nilai dan citra.dan yang terakhir adalah kekuatan militer.
A). kekuatan argumentasi: untuk menguatkan tawar menawar dengan menggunakan daya pikat, misalnya kerjasama ekonomi melalui potensi sumber daya alam dan kelautan / maritime pertanian, perkebunan, yang demikian luas dan mempunyai prasarat-prasarat perijinan investasi yang sangat cepat dan mudah. Argumentasi dapat juga dilakukan untuk mempertahankan hak kedaulatan atas suatu wilayah, dengan menggunakan daya paksa melalui bukti-bukti hukum internasional sebagai contoh Amerika lebih condong membela Indonesia dari pada kepada Belanda dalam perebutan Irian Barat. Demikian juga Autralia.
B). kekuatan janji: Sebaiknya karena sebangsa dan serumpun tawar menawar berjalan dengan saling mengkuatkan dalam memegang janji, misalnya kesediaan Timor Leste untuk mengehentikan kasus pelanggaran HAM internasional, itu adalah merupakan janji yang bisa secara tersembunyi antara si penguasa di pemerintahan, dengan harapan mendapatkan imbalan dalam bantuan ekonomi selama waktu tertentu sebesar yang dibutuhkan sesuai janji yang dibuatnya. Meyakinkan kepada negara-negara ASEAN, misalnya yang sangat krusial masalah perbatasan dengan Indonesia, biasanya yang demikian saluran resmi antar pemerintahan melalui komunikasi intensif diplomasi.
C). Ancaman: karena daya kerjanya hampir mirip dengan janji dalam proses tawar menawar, yang mengharuskan kepada pelakunya untuk menguasai teknik komunikasi dengan sangat baik, sebagai contoh melalui ganyang Malaysia, tri komando rakyat, dll. Tak dapat dipungkiri oleh satupun dari negara-negara ASEAN yang berkepentingan dengan Indonesia harus menerima prasarat dari pemerintah Indonesia, misalnya dalam perdagangan antar negara, ASEAN-Australia, Asia Selatan-Australia, Amerika-Asia, dan sebaliknya, perairan Indonesia yang akan diperkuat dengan armada laut serta dukungan kekuatan angkatan udara dan darat serta sistim drone, mereka akan dengan sukarela atau rasa keterpaksaan.
Poros Maritim Dunia dalam lingkup ASIA-Pasifik
Poros Maritim Dunia: Alasan-alasan yang dapat dikemukakan yang pertama Indonesia menjadi posisi sentral ASEAN di dalam politik luar negeri Indonesia merupakan sesuatu yang diterima tanpa pertanyaan. Kedua dalam kaitan serta peran Indonesia sebagai penengah dalam masalah Laut Cina Selatan yang melibatkan hampir semua negara-negara ASEAN dengan RRC serta Jepang, bahkan Amerika Serikat berusaha masuk dalam kemelut dengan alasan melindungi jalur perdagangan internasional. Ketiga kebangkitan ekonomi dan hubungan dagang negara-negara Asia dan Afrika, menggunakan sebagian besar jalur transportasi laut perairan Indonesia, jelas akan menaikan daya tawar. Keempat di dalam lingkaran konsentris politik luar negeri, Indonesia dapat menjadikan ASEAN sebagai lingkup pusat dan sekitar. Pusatnya adalah Indonesia, lingkarannya adalahASEAN, dan sekitarnya adalah RRC, Jepang, Korea, Amerika, serta negara-negara Masyarakat Ekonomi Eropa.
Paparan Jokowidodo dalam Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Pacific Economic Coorporation (APEC) di Beijing, pada garis besarnya mentampilkan kondisi strategis posisi Indonesia secara geopolitik, ekonomi dan investasi, serta jalur perdagangan maritime dunia, memberikan daya tarik khusus, diapresiasi demikian tinggi oleh keempat pemimpin negara adidaya AS, Rusia, RRC dan Jepang. Malah Jauh hari sudah dipersiapkan secara khusus oleh Presiden Cina Xi Jinjing agar Presiden Jokowidodo dapat tampil perdana menyampaikan pidato pembukaan. Tawaran Jokowidodo bukan sedang menjual atau melego akan tetapi menawarkan dengan baik-baik kepada negara-negara yang mau diajak bekerja sama saling menguntungkan. Tentu saja pemerintah Indonesia tidak akan melakukan tawar menawar yang merugikan, apalagi yang bernada tekanan atau bahkan ancaman. Jokowi banyak belajar dari pengalaman tidak akan mengulangi cara kerja sama yang sangat merugikan bangsa.
Bahkan presiden AS Barack Obama meluangkan waktu khusus untuk berbincang mengenai berbagai hal untuk kepentingan kedua negara, mulai dari politik, ekonomi, perdagangan, dan yang agak remang-remang adalah maksud AS untuk menarik simpatik dan dukungan negara-negara ASEAN melalui Indonesia agar memberikan dukungannya dalam sengketa laut Cina selatan, yang melibatkan bayak negara. Jokowidodo harus ekstra hati-hati dalam masalah ini. Jangan sampai upaya membangkitkan ekonomi Indonesia melalui jalur perdagangan dengan strategi Poros Maritim Dunia diselewengkan kearah poros militer dunia oleh akal-akalan Amerika dan sekutunya.
Kalau hal ini terjadi Indonesia akan terjebak yang kedua kali ketika Presuden Soekarno dengan kebijakan politik luarnegerinya yang semula non blok, terpeleset mengarah terbentuknya poros tandingan Amerika dan sekutunya sebagai Poros Jakarta-Peking-PyongYang-Moskow. Kejadian selanjutnya adalah Presiden Soekarno terjepit dua kekuatan besar, yang berakibat kejatuhan beliau sebagai presiden. Apa yang didengungkan oleh Bung Karno sebagai tahun vivere pericoloso, benar-benar berbahaya bagi diri sang presiden.
Pelajaran berharga untuk Presiden Jokowidodo, harus tetap teguh pendirian tanpa tergoyahkan, mendapat godaan yang datang bisa jadi bernada janji-janji, disertai argument-argumentasi seolah tak terbantahkan, bahkan mungkin mengarah kepada ancaman-ancaman. Kalau Presiden memegang konstitusi sebagai pijakannya maka semua godaan pasti dapat teraatasi dengan baik, Semoga presiden Jokowidodo tidak Vivere Pericoloso.
Sumber : http://ift.tt/1pORapc