Suara Warga

Jangan Tanyakan Apa yang Negara Berikan Kepadamu Tapi Tanyakan Apa yang Kamu Berikan Kepada Negaramu

Artikel terkait : Jangan Tanyakan Apa yang Negara Berikan Kepadamu Tapi Tanyakan Apa yang Kamu Berikan Kepada Negaramu

Cukup menarik kalimat yang menjadi judul diatas, mengapa? Karena kalimat itu merupakan kutipan dari seorang mantan presiden Amerika Serikat, John F Kennedy. Kalimat itu selalu terngiang-ngiang ketika saya mengikuti OSPEK kuliah, para senior selalu mendengung-dengungkan kalimat tersebut karena menurutnya kita kuliah di kampus rakyat, jadi harus ingat lagi pada rakyat dan mengabdi pada rakyat untuk pembangunan bangsa. Wah, sesuatu yang memiliki visi besar piker saya, namun itu dulu ketika saya asih polos-polosnya menerima begitu saja “cekokan” kata-kata senior.

Sekarang, saya mencoba mengutarakan pandangan saya mengenai kalimat tersebut. Kalimat tersebut sebenarnya kutipan dari filsuf Marcus Tullius Cicero, orator dan negarawan Romawi Kuno. Menurut saya kalimat tersebut tidak selamanya berlaku sepanjang masa, pada masa itu (red:Cicero) doktrin terhadap cinta akan Negara menjadi isu yang hangat dan strategi untuk mendukung kerajaan Romawi untuk mendapatkan prajurit-prajurit yang mau berperang demi kerajaan Roma. Pada masa J. F. Kennedy, setelah perang dunia II amerika menjadi negara superpower dimana menjadi negara pertama yang mendaratkan manusia di Bulan, keberhasilannya berdiplomasi membuat perang Nuklir dengan Russia dibatalkan dan lain-lain. Nah saya berasumsi tanpa ada data yang pasti, kalimat tersebut dipakai oleh JFK untuk menyemangati rakyat Amerika yang dikala itu sangat kental sekali sifat cinta negara pasca perang dunia II.

Nah masuk ke inti tulisan, saya kurang setuju dengan kalimat yang digadang-gadang mampu membuat seseorang terdiam ketika mengeluh terhadap kondisi negaranya, lebih kecil lagi lingkupnya misal mengeluh terhadap fasilitas kampusnya atau lain-lain. Saya pernah menulis keluhan saya terhadap fasilitas kampus, namun tidak hanya dukungan tetapi juga hujatan saya terima dan ada seseorang yang memberikan saya kutipan kalimat tersebut dengan maksud, jangan tanyakan apa yang kampus berikan tetapi tanyakan apa yang kamu berikan ke kampus. Agak kurang setuju sih, menurut saya ini seperti lingkaran singkatnya ketika kamu mau berkembang tetapi dukungan dari eksternal tidak ada, haruskah kamu berjuang sendiri untuk berkembang sedangkan sudah hak kamu menerima bantuan untuk berkembang?

Ditarik ulur ke cakupan lebih luas, didalam UUD 1945 pasal 27-34 terang-terang tertulis apa saja HAK dan KEWAJIBAN warga Negara. Diantaranya, hak kita adalah mendapat pekerjaan, hak untuk hidup, hak mendapatkan pendidikan dan hak-hak lainnya. Nah tentunya hak didapat setelah menjalankan kewajiban, kewajiban kita yaitu wajib menaati hukum, menjunjung hukum, ikut serta dalam pembelaan negara dan lain-lain termasuk membayar pajak. Nah kalimat dari JFK apakah masih relevan? Menurut saya, sudah seharusnya kita wajib menuntut kepada pemerintah selaku lembaga eksekutif dimana mereka sebenarnya bukanlah orang yang benar-benar “eksekutif” di negara ini, melainkan “pelayan” masyarakat. Menurut saya mereka yang duduk di lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif merupakan orang-orang yang siap melayani masyarakat Indonesia tanpa keluhan. Justru rakyatlah yang harusnya mengeluh jika kinerja mereka kurang memuaskan karena kita negara demokrasi dimana rakyat menjadi pemangku kepentingan utama.

Melalui tulisan ini, saya ingin mengungkapkan ketidaksetujuan saya terhadap kalimat JFK tersebut karena kita punya hak dan kewajiban. Jangan sampai kita berfokus pada kewajiban saja tetapi kita tidak menuntut hak. Saya takut ketika kita berfokus pada pengabdian pada Negara berupa kewajiban, kita lupa menuntut hak sebagai warga negara yang tentunya akan menguntungkan salah satu pihak dan negara ini tidak pernah maju jika warganya saja tidak dapat menerima HAK. Jadi saya mohon jangan ada lagi pembodohan kepada warga negara dengan mengeluarkan kalimat ini sebagai alih-alih meringankan pekerjaan para pemangku kekuasaan.



Salam Damai Kompasiana

(Petra Elang)



Sumber: Berbagai sumber di google.com




Sumber : http://ift.tt/1tSDG78

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz