Terima Kasih, Pak SBY!
Tak selalu saya berpendapat positif perihal Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Tapi saya yakin dengan peribahasa, “Tak ada gading yang tak retak.” Ada banyak capaian selama era dua periode SBY. Kekurangan pun perlu diakui masih ada di sana-sini. Namun, tatkala waktunya datang, maka sebagai rakyat, manusia Indonesia, dan pribadi, saya ucapkan terima kasih, Pak SBY!
Stabilitas politik menjadi salah satu capaian terbaik menurut saya di dua periode pemerintahan terakhir. Mengingat Negara ini baru saja lepas dari krisis di akhir 1990an dan awal 2000an. Lalu ada pemberantasan korupsi (terutama oleh KPK). Orang kadang salah persepsi di era SBY banyak korupsi. Itu karena ada banyak koruptor yang ditangkap dan dipenjarakan. Itu berarti proses pemberantasan korupsi berlaku. Itulah poinnya.
Banyak capaian positif lainnya di era SBY. Kebebasan pers juga menjadi sesuatu yang luar biasa di era SBY. Satu kritik saya, SBY terlalu soft dengan kebijakan luar negerinya. Jujur saja, saya tak terlalu suka dengan kebijakan zero enemy. Justru kita sekali-kali perlu “bermusuhan”, berani bersitegang dengan negara lain. Tujuannya, agar kita tetap punya kebanggaan sebagai bangsa. But anyway, SBY di akhir-akhir masa pemerintahannya menunjukkan ketegasan yang cukup bagus terutama kepada Australia.
Mengakhiri dengan indah
Terlihat sekali SBY ingin mengakhiri masa kekuasaannya dengan indah. Dalam pidato kepresidenannya di Gedung MRP/DPR Jumat kemarin, tak ragu-ragu SBY mengucapkan kata maaf. Sebagai anak orang biasa yang meniti karier dari bawah hingga presiden, SBY mengaku terus belajar untuk menjadi lebih baik.
SBY tak menampik, selama 2 periode memimpin Indonesia dirinya pasti pernah melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan banyak orang. Atas semua itu, dirinya meminta maaf. “Tentunya dalam 10 tahun, saya banyak membuat kesalahan dan kekhilafan, dalam melaksanakan tugas. Dari lubuk hati yang terdalam, saya meminta maaf atas segala kekurangan dan kekhilafan itu. Meskipun saya ingin selalu berbuat yang terbaik, tetaplah saya manusia biasa,” ucap SBY.
Soal pendidikan
Jika ada hal yang paling penting dicermati dalam pidato kepresidenan SBY, maka pendidikan menurut saya. SBY mengatakan selama 10 tahun terakhir terus mengupayakan peningkatan kualitas sumber daya manusia, dari lulusan sekolah dasar menjadi minimal lulusan sekolah menengah. Semua itu agar memiliki keterampilan yang lebih tinggi saat bekerja.
Satu hal yang juga menggembirakan, ungkap SBY, adalah jumlah anak-anak Indonesia yang masuk ke perguruan tinggi terus meningkat secara drastis. Tahun 2004, setelah hampir 60 tahun merdeka, hanya 14 dari 100 anak usia 19 sampai 23 tahun yang masuk ke perguruan tinggi.
“Sejak itu, kita terus mencari dan melakukan berbagai cara untuk meningkatkan jumlah ini. Hasilnya, kini dari 100 anak usia 19 tahun, 30 telah masuk ke Perguruan Tinggi, atau 2 kali lipat dari 10 tahun sebelumnya. Ini tentu akan sangat berdampak pada pengembangan sumber daya manusia kita sekarang dan di masa mendatang. Inilah modal dasar kita : insan-insan Indonesia yang cerdas, berilmu dan mempunyai keterampilan,” papar Presiden SBY seraya menekankan perjuangan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa masih lah panjang dan berliku.
Suksesor SBY
Maka, wahai para calon suksesor SBY! Janganlah kalian saling gontok-gontokan terus. Berhentilah saling mencela. Mulai satukanlah langkah bersama membangun bangsa dan negara yang lebih. Negara yang berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa kecuali.
Tantangannya kedepan, terutama bagi penerus SBY, seberapa besar Anda bisa meningkatkan anggaran pendidikan, seraya membuat system pengawasan yang baik sehingga anggaran tersebut bisa betul-betul untuk mencerdaskan bangsa? Itu yang paling penting harus dijawab.
Saya teringat ketika Jepang baru saja dibom Atom oleh Amrik di tahun 1945. Waktu itu Kaisar Hirohito bertanya, “Berapa banyak guru yang masih hidup?” Pendidikan, pendidikan lah yang paling penting!!!
Sumber : http://ift.tt/1m3WDB5